
7/24: “The Foundation of Everything Is A Good Family”
Pada masanya, Dian Sastrowardoyo adalah idola wajib para remaja. Lantaran kecantikannya naturalnya yang khas Indonesia, kelugasannya mencerminkan kecerdasan, dan kegigihannya untuk menjadi seorang model majalah remaja terkenal.
Saat itu, remaja putri menjadikannya role model, sedang remaja putra menjadikannya sebagai kekasih impian. Setelah bertahun-tahun vakum kerena mengurus keluarga, Dian kembali ke layar lebar lewat 7/24 atau 7 hari 24 jam.
7 hari 24 jam disutradai oleh Fajar Nugros yang sebelumnya sempat dikenal sebagai Fajar Nugroho. Film tersebut juga dibintangi Lukman Sardi, Ari Wibowo, MInati Atmanegara, dan lain-lain. cerita menyoroti kehidupan rumah tangga Tania (Dian Sastrowardoyo) dan Tyo (Lukman Sardi) yang serba sibuk. Si istri adalah seorang bankir dan suami adalah sutradara terkenal. Keduanya sibuk dengan urusan kerja masing-masing hingga komunikasi lebih banyak dilakukan via telepon.
Hingga suatu hari keduanya sakit di saat bersamaan. Tyo didiagnosis menderita hepatitis A, sedang Tania terdeteksi menderita gejala tifus. Akhirnya dengan saran dokter mereka diopname di ruang yang sama. Dari sini cerita mengalir dengan menarik. Bisa dibayangkan bagaimana sepasang suami istri yang jarang bertatap dalam kesehariannya harus besatu dalam ruang yang sama selama 24 jam, dan berhari-hari.
Kejadian-kejadian menarik muncul, dimulai dengan keromantisan Tania dan Tyo, rapat kerja yang dibawa ke ruang perawatan, munculnya mantan pacar Tyo hingga pertengkaran-pertengkaran kecil hingga besar yang justru semakin membuat mereka mengenal satu sama lain. Bahwa pernikahan lima tahun saja tak cukup untuk saling memahami.
Setelah bertahun tidak bermain film, Dian Sastro masih luwes meski kadang-kadang kita masih melihat Cinta dalam Tania. Lukman Sardi seperti dalam kebanyakan filmnya, tampil total dalam karakternya sebagai sutradara sekaligus suami yang berusaha mendukung istrinya dengan sepenuh hati.
Sebagai film akhir tahun, 7 hari 24 jam sangat ringan dan menghibur. Adegan-adegan lucu banyak ditampilkan dari dialog maupun gesture para pemain. Karakter dokter yang menangani Tania dan Tyo cukup menarik perhatian dan menambah keseruan cerita. Cerita mengalir tidak membosankan meski latar sebagian besar di rumah sakit.
Film ini mengajarkan bahwa memahami seseorang akan terus berlanjut sepanjang hayat. Karakter manusia yang beragam itu disatukan dalam lembaga pernikahan dan memahami tak lantas berhenti sampai disitu. Pernikahan adalah saling mencintai dan mendukung tanpa harus kehilangan jati diri. Setidaknya itu yang dilakonkan Tania dan Tyo.
Sebagai pasangan muda atau bahkan yang telah lama menjalani bahtera rumah tangga bisa kembali saling melihat pasangan masing-masing dan betapa bersyukurnya saling memiliki. Bagi yang belum mungkin bisa mempersiapkan diri bahwa pernikahan bukanlah sebuah akhir dari sebuah relationship, namun sebuah awal untuk menjalanai kehidupan yang berbeda, kehidupan yang saling meleburka diri.
Di akhir film tentu kita setuju dengan kutipan yang dilontarkan Tania bahwa, “the foundation of everything is a good family”. Ya, keluarga adalah akar dari segalanya.[]
Sumber gambar: Youtube.com