Potret Buram India
Tokoh itu bernama Balram. Balram Halwai lengkapnya. Seorang pemuda dari India. Kau bisa menyebutnya si Harimau Putih. Julukan itu bukan tanpa alasan. Bukan pula sekadar gagah-gagahan.
Agar bisa mengetahui tentang Balram dan julukan Harimau Putih, kau mesti membaca kisah Balram lewat novel berjudul The White Tiger karya Arvind Adiga. Kau juga bisa membaca novel tersebut dalam Bahasa Indonesia. Stanley Khu telah menerjemahkan novel tersebut dengan judul novel Harimau Putih (Mimamsa, 2018).
Suatu novel menyajikan suatu kerumitan. Sayuti mengatakan bahwa novel yang baik cenderung menitikberatkan pada kemunculan complexity, yaitu kemampuan menyampaikan permasalahan yang kompleks secara penuh, mengkreasikan sebuah dunia yang “jadi”1. Begitu pula dengan Harimau Putih.
Harimau Putih menampilkan India dalam potret terang dan gelap. India jadi tampak begitu kontras. Kau akan banyak menemukan fenomena ketimpangan ekonomi, sosial, politik, hingga agama.
Ketimpangan tersebut dibalut Adiga dengan sangat metaforis. Dalam novel, kau akan mengetahui bahwa India terbagi menjadi India Terang dan India Gelap. India Terang yaitu kota yang berada di dekat pantai, sedangkan India Gelap berada di dekat Sungai Gangga.
India Gelap terasa paradoksal. Sungai Gangga sebagai tempat suci menyimpan kegelapan. Kota-kota dekat Sungai Gangga sangat miskin. Belum lagi korupsi ekstrim dari beberapa orang kaya yang tinggal di sana.
“…. Yang Mulia tolong pahami bahwa India terbagi menjadi dua kawasan: India Terang dan India Gelap. Samudra menerangi India. Semua tempat di India yang dekat samudra pasti makmur. Tapi sungai menyelimuti India dengan kegelapan- sungai hitam.” (hlm.12)
Harimau Putih juga memotret permasalahan hak politik di India. Di bagian India Gelap, sering terjadi praktik politik tak sehat. Masyarakat daerah tersebut kehilangan hak politiknya. Suara mereka diserahkan seluruhnya kepada kasta atas. Peristiwa tersebut disampaikan Adiga dengan begitu satire.
“Inilah 3 penyakit utama di negeri ini, tuan : Tifus, Kolera dan Demam Pilkada. Yang terakhir adalah yang paling parah…” (hlm.87)
India semakin muram karena pembagian India Gelap dan India Terang ini. India Gelap terkesan tak lebih berharga, bukan bagian dari rakyat India. Parahnya itu telah terjadi ribuan tahun. Dengan kata lain, menimpa dari generasi ke generasi. Seperti kasta yang ditentukan berdasarkan darah, India Gelap juga merupakan sesuatu yang terberi sejak lahir. Tampak seperti stempel di dahi yang sulit terhapus.
Kembali ke tokoh Balram, ia berasal dari daerah India Gelap. Menariknya, ia bisa terlepas dari kungkungan praktik ketidakadilan. Pada sampul buku belakang Harimau Putih, kau bisa membaca sedikit bocoran cerita yang menyebut bahwa Balram perlahan-lahan merangkak naik melewati hadangan kasta, agama, korupsi, dan kemiskinan di India untuk menjadi seorang pengusaha sukses. Itu pula yang membuat ia sangat cocok untuk dijuluki si Harimau Putih.
Novel ini menggunakan waktu sebagai judul. Kau akan menemukan judul-judul berisi “Malam ke-1”, “Malam ke-2”, “Pagi ke-4”, “Malam ke-4”, “Malam ke 5”, dan seterusnya. Hal tersebut menjelaskan peristiwa Balram yang sering menulis surat pada malam hari.
Baca juga:
– Pascakolonialisme: Melepas Belenggu Kolonial
– Mengantar Tiga Saudari Ke Atas Pentas
Terdapat bagian menarik dalam surat yang sering Balram tulis. Bagian tersebut terdapat pada peristiwa Balram memberikan tips membongkar kebobrokan India. Tips tersebut disampaikan dengan begitu sarkastis.
“Satu fakta tentang India adalah: putarbalikkan pernyataan apapun yang Anda dengar dari perdana menteri kami tentang negara ini dan Anda akan mendapatkan informasi sebenarnya.” (hlm 16).
Harimau Putih menyuarakan dengan lantang ketimpangan kasta, politik, kemiskinan, dan korupsi. Selain itu, Harimau Putih juga berhasil menampilkan kompleksitas permasalahan India lewat cara sarkastis dan humor gelap.
Tema dan gaya bercerita dalam Harimau Putih bisa jadi kelebihan novel sampai meraih penghargaan Man Booker Prize ke-40. Novel ini juga bisa jadi cara lain bagimu mengenal India.
1 Sayuti, Suminto A. “Berkenalan dengan Prosa Fiksi”. Yogyakarta: Gama Media, 2000.
Identitas Buku
Judul Buku : Harimau Putih
Penulis : Arvind Adiga
Penerjemah : Stanley Khu
Penerbit : Mimamsa
Tahun Terbit : Cetakan ke-2, 2018
Halaman : vii+290 hlm.