Lovebird Homoseksual
Saya pernah memiliki sepasang burung Lovebird (sang penjual meyakinkan saya bahwa Lovebird yang dibeli adalah sepasang). Lovebird adalah jenis burung paruh bengkok yang cukup sulit dibedakan antara jantan dan betina secara kasat mata. Setelah menunggu 24 bulan, Lovebird tak kunjung bertelur. Padahal saya menyaksikan sendiri bagaimana mereka bercumbu dan bercinta. Ternyata Lovebird saya itu dua-duanya jantan (kalau dua-duanya betina pasti bertelur meski telurnya infertil atau kosong).
Apakah Lovebird saya gay? Saya yakin tidak. Saya pikir mereka terpaksa menjadi pasangan karena keadaan dan pilihan yang menyudutkan. Hanya dua ekor Lovebird jantan itu yang berada di satu kandang. Dan sebagai burung, Lovebird tidak memiliki kendali atas hasrat seksual yang timbul akibat masa pubertas mereka. Sebagai burung, tentu Lovebird tidak mungkin puasa atau berdalih atas nama moralitas dan agama.
Manusia dan burung jauh berbeda. Mudah rasanya membandingkan dua makhluk yang memang berbeda segalanya itu. Manusia memiliki akal, emosi dan perasaan, sedangkan burung? Saya kira Anda lebih paham perbedaan binatang dengan manusia. Maka, ketika menjadikan binatang sebagai pembenaran dan bahan rujukan atas apa yang terjadi pada manusia, saya gagal bersimpati dengan cara berpikir garib seperti itu.
Saya tahu setiap manusia memiliki kecenderungan untuk menjadi homoseksual. Tidak perlu beragam teori dalam memahami hal itu. Kecenderungan selalu bergerak di antara dua kemungkinan. Selalu 50-50. Seperti bandul yang bergerak ke kiri dan ke kanan atau ke arah yang berlawanan. Kecenderungan selalu dipengaruhi oleh hasrat untuk memilih dan kebebasan untuk tidak mengendalikan. Antara memilih atau membiarkan mengalir begitu saja.
Lalu, apakah Anda seorang homoseksual? Tentu bukan. Meski Anda memiliki kecenderungan karena dipengaruhi oleh kondisi sosial, hasrat seksual, dan pilihan-pilihan lainnya. Saya yakin, Anda lebih memilih untuk mengendalikan keinginan dan kecenderungan yang satu itu. Tidak perlu penjelasan ilmiah untuk menjelaskan hal itu. Telah banyak contoh kasus bagaimana seorang manusia mampu mengendalikan dan bertahan atas keinginan-keinginan yang merongrong mereka sepanjang hidup.
Sedangkan jika saya gay, saya pasti akan lebih cepat menemui kematian. Bukan karena HIV atau sipilis, tapi karena kebanyakan orang akan menyasar saya dengan penghakiman berdasar pada moral dan agama bahwa gay itu bla bla bla. Tentu tidak menyasar secara langsung. Tapi tentu pada akhirnya akan sampai juga di telinga. Dan saya akan limbung akibat terlalu memikirkan pendapat-pendapat itu. Saya stres dan akan lekas masuk surga karena pikiran yang berkecamuk. Sebab saya penderita hipertensi akut.
Oleh karena itu jangan pernah menganggap tulisan ini sebagai pendapat yang menyasar Anda. Apalagi mencederai hak asasi Anda yang memilih kecenderungan untuk menjadi seseorang penyuka sesama jenis. Saya hanya ingin bercerita kepada Anda bahwa saya pernah memiliki dua ekor burung Lovebird. Dua-duanya jantan dan hanya karena keadaan mereka bercumbu dan bercinta. Sebab Lovebird hanyalah binatang yang tidak mungkin mengendalikan perilaku seksualnya sendiri.
Jangan juga menganggap dua ekor Lovebird jantan yang bercumbu dan bercinta itu gay. Jangan! Sebab Lovebird hanya burung. Ya, hanya burung.[]