Fb. In. Tw.

ArtHouse Cinema: Upaya Mengenalkan Film-Film Jerman

Berita baik bagi para penikmat film di Bandung. Goethe Institut kembali menyelenggarakan ArtHouse Cinema, kegiatan pemutaran film-film Jerman. ArtHouse Cinema kali ini akan digelar di Selasar Sunaryo Art Space (SSAS).

Film-film yang diputar tentu saja di luar film mainstream. ArtHouse Cinema digelar satu bulan sekali pada Sabtu atau Minggu, setiap pukul 15.00, dan telah berlangsung sejak Januari 2015. Dan, gratis alias gak ada tiket masuknya lho.

Tajuk ArtHouse Cinema tahun ini adalah “Sutradara Jerman”. Ada 12 film dari 6 sineas Jerman yang siap diputar tiap bulannya. Tentu dengan tema dan jenis film yang berbeda. Program ini bertujuan untuk mengenalkan film-film Jerman kepada para penikmat film.

Sulastri Majid, selaku penanggung jawab kegiatan dan kordinator program kebudayaan di Goethe Institut, menjelaskan perbedaan film-film Jerman di tengah hegemoni film-film Hollywood di masyarakat, “Film Jerman sangat berbeda dengan film Hollywood. Jika diperhatikan, film-film Hollywood cenderung lebih mementingkan unsur hiburan dengan mayoritas tema yang diambil action. Semetara film Jerman dikemas secara sederhana, dan lebih mengajak penonton untuk berpikir.”

Kurang lebih 30 penikmat film hadir pada tiap pemutaran filmnya, “Kegiatan ini sebenarnya ditujukan untuk siapa saja yang ingin mengetahui tentang film-film dari Jerman.”

Tapi, sangat disayangkan, ArtHouse Cinema kurang direspon positif oleh mahasiwa-mahasiswa Bahasa dan Sastra Jerman. “Sebenarnya mereka juga harusnya meramaikan kegiatan ini, karena akan menambah wawasan mereka,” tambah perempuan berambut merah ini.

Selain kurangnya partisipasi mahasiswa, ada beberapa hal yang harus dievaluasi dari kegiatan ini. Tujuan mengenalkan film-film Jerman tidak diikuti dengan teknis pemutaran film. Seperti ketika saya menonton film Fitzcarraldo besutan sutradara Werner Herjog pada Sabtu (21/2). Film tersebut berbahasa Inggris dengan subtitles Jerman, membuat para penonton yang tidak mengerti kedua bahasa tersebut tidak akan mendapatkan apa-apa dari film yang diputar.

Pemilihan tempat juga berpengaruh kepada antusiasme para penonton. Tidak bisa dipungkiri, letak SSAS di Bukit Pakar memang cukup jauh dijangkau. Apalagi jalan-jalan di Bandung selalu macet di akhir pekan.

Ruang yang disediakan pun hanya cukup untuk memfasilitasi penonton secara terbatas, kurang lebih hanya untuk 50 orang. Ditambah, ketika film diputar sering terdengar suara kendaraan yang cukup mengganggu. Untuk menikmati film, setidaknya penonton harus merasa nyaman dengan kondisi ruangan.

Di akhir pementasan, tidak ada sesi diskusi dari pihak panitia. Diskusi menjadi sangat penting ketika film ditayangkan dengan dua bahasa, agar para penonton yang tidak mengerti kedua bahasa tersebut bisa menangkap maksud dari film.

Terlepas dari kekurangannya, upaya Goethe Institut untuk memperkenalkan film Jerman patut diapresiasi. Mereka juga akan terus berusaha mengenalkan film-film Jerman. “Selain ArtHouse Cinema, rencananya di pertengahan tahun ini, Goethe Institut akan menyelenggarakan pemutaran film Jerman di bioskop,” pungkas alumnus Jurusan Pendidikan Bahasa Asing IKIP (sekarang UPI) ini.[]

Ilustrasi: Goethe.de

KOMENTAR

Redaktur Umum buruan.co. Menulis puisi dan cerpen. Hobi menonton film.

You don't have permission to register